Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label kontemplasi

PR untuk Mereka yang Masih Hidup (ketika saya meninggal nanti)

Segala yang bernyawa akan mati pada waktunya. (QS Ali Imron: 185).   Sudah hampir setahun kita hidup dengan COVID-19. None predicts it's gonna be this bad, like real bad. Tidak perlu menuding siapa yang salah atau siapa yang paling bertanggung jawab atas musibah yang tidak berkesudahan ini. Kasihan mental kita yang sudah babak belur jadi makin depresif nantinya.   Beberapa bulan terakhir, keadaan di Indonesia menjadi semakin parah. Tidak terhitung kerabat yang positif COVID-19 dan akhirnya meninggal. Belum lagi pemberitaan yang menerangkan kesulitan dalam mendapatkan perawatan di RS. Pada suatu titik, saya sampai di keadaan yang sudah tidak kaget lagi ketika ada rekan-rekan yang positif COVID-19. Meskipun tetap kalut dan sedih, tapi reaksi lebih ke "oh?". Itu bukan berarti saya cuek ato tidak peduli, hanya saja lelah.   Saya membuat postingan ini sebagai bahan refleksi dan persiapan jika nanti ternyata saya juga mendapat giliran untuk dipanggil Allah SWT. Saya tidak tahu ...

Legacy

Judulnya sepertinya uwow. Dulu, saya kepikiran, sepertinya saya tidak ingin mendapati diri saya menjadi tua, tidak berdaya, pikun dsb. Jadinya, ya saya ingin pergi di usia yang gak tua-tua banget. Mati muda (ya gak muda-muda banget). Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Apalah yang saya tau tentang umur, ya kan? Prerogatif Allah itu. Namun, beberapa bulan terakhir ini, saya kayak ditampar. Saya mendadak takut mati. Duh, cukup gak ya bekal saya. Duh, orang tua saya gimana? Adek-adek juga? Duh, saya belum punya yang mau diwariskan. Duh, saya belum nikah. *eh Duh, saya takut dilupakan. Duh, apa kabar amal jariyah. dan serangkaian insekuritas lainnya. Jadi, saya sempat merenung sebelum tidur dengan pertanyaan yang sama. Mau saya apa sih? Apa yang sudah saya capai? Apa yang sudah saya tinggalkan? Saya evaluasi lagi tuh visi misi hidup (trust me, ini gak muluk2 banget kok). Intinya saya jadi berpikir halah masih segitu-gitu aja kok udah pede mikirin mati muda. Saya nuli...

National.is.m(e) !!

August. What is the first thing that pops on your mind when you read that words. Many of you will ponder about our Independence Day, I supposed. And yeah, in this month, in the exact 17th, Indonesia celebrate its 71st Indepedence Day. Many of us had been told all of stories about how our founding fathers achieved our freedom by sweat, tears and blood. Source: blog Djarumbeasiswaplus (accessed from https://blog.djarumbeasiswaplus.org/rerisaputra/2013/10/13/merah-putih-di-ufuk-utara/) According to Merriem-Webster Dictionary, nationalism defines a sense of national consciousness exalting one nation above all others and placing primary emphasis on promotion of its culture and interests as opposed to those of other nations or supranational groups. In the early perspective, primodialist one, nationalism is decribed as perceived tendency of human as part of distinct group affiliated by birth i.e. Javanese, Sundanese, Aborigin etc. As time goes by, this perspective evolves int...

Absurdity as Its Finest

Source : Islamic Thinking (dipost di path saya juga) Akhir-akhir ini saya sedang mellow. You know, when everything seems pretty hard yet you don't have anyone to rely on. *dari kalimatnya aja dah melow2 gini*. Pernah sih pada suatu ketika saya mikir berat juga ya. Meanwhile saya bukanlah tipe yang curhat mengenai masalah-masalah. I will tell the world in most cryptic way yet i need to be understood. So stupid right? *Giiiiiiiirrlll*. Ketika saya mikir kok gini amat ya saya. Trus saya mikir lagi, that is just the way i am, i just need to compromise a little. Gitu aja terus sampe Messi pindah ke Madrid (amit-amit, ketok meja kayu 3x). Tulisan ini saya bikin untuk pengingat saya di masa depan. It’s okay to feel pathetic so this moment needs to be archived for future purpose. Yep, this is one of those moments. When you feel like you are on the lowest point (yet?). Still, no need to be worry. You can't go any lower, right? I perfectly aware that someday in the future i...

Courage

Hello again! Sudden thought came up this evening, as i grow older (and maybe unlikely wiser or maturer) i became less courage to speak up what i feel. I dunno that is because I am an introvert one (introvert would not wrote this, like seriously) or i kind of conscious about what people perceive who I am. Maybe that is why i am more comfortable to write this on blog instead ranting here and there on my socmed. Anyway  speaking of which, do that mean i am not completely honest being myself? Or just simply i want to keep inside not to share to others? I think that is not pretentious. Some people grew up being judgemental for which I don't respect at all. As much as I want to ignore those person, a tiny little part about what they said would bug any part of my head, is it?  Well,except wishing for happiness for me and closest people around me , I also  hope that God will give me more courage. Courage to speak out what I feel, courage to admit my mistakes, courage to do what i...

MIND CONTROL

Lama saya gak nulis dan banyak hal terjadi. To the point ya, pernah denger tentang Anger Management? The term  anger management  commonly refers to a system of  psychological therapeutic  techniques and exercises by which someone with excessive or uncontrollable  anger  and  aggression  can control or reduce the  triggers , degrees, and effects of an angered  emotional  state. -- wikipedia Intinya sih tentang bagaimana cara kita mengendalikan emosi (dalam hal ini amarah). Nah, as I know about myself ya. Saya paling susah mengendalikan amarah. Issues came out and i would blow out. Itu ada bagus dan jeleknya sih. Bagusnya saya jadi gak pendendam tapi jeleknya ya itu tadi pengendalian diri saya rendah. Tapi saya perhatikan akhir2 ini, saya terlalu toleran. Ada banyak hal yang bisa bikin saya kecewa atau marah, potentially can make me throw tantrum here and there tapi saya diam saja dan senyum2. Ada teman yang bilang," Age is not...

Tertampar dan Menampar

Saya merasa cukup bangga dengan diri saya sendiri akhir2 ini. Ketergantungan saya dengan gadget yang saya punya cukup jauh berkurang. Pun ditambah kesadaran akan pentingnya bersosialisasi dengan sekitar ketimbang nunduk mantengin hape. Sudah jadi kesadaran umum sih ya kalo smartphone itu seringkali merampas sebagian waktu kita yang seharusnya untuk bersosialisasi. Seringkali saya merasa annoyed  jika seseorang mulai sibuk dengan hapenya, padahal saya tahu kondisinya tidak sedang urgent untuk melihat hape secara terus menerus. Suatu saat ketika saya sedang di bandara, saya melihat ada sekelompok anak muda seusia saya yang kelihatannya sudah lamaaaaa sekali tidak pernah bersua. Darimana saya tau? Ya soalnya, pas awal2 ketemu mereka heboh bercipika-cipiki dan loncat2 girang gitu (ababil banget gak sih? :P). Sayangnya kehebohan itu palingan cuma berlangsung 10 menit saja. Menit ke-11 mereka sudah sibuk dengan hapenya masing2, bahkan ada yang ngeluarin tablet dan sibuk surfing kesana...

Going to Extra Miles

There are too many things that i want to reach. You know, when your mind still in idealistic mode, you keep thinking something big like world peace, making world for a better living etc.. Hahahahaa.. No, i'm just kidding. But, as i remember, when i was in elementary school, I really wanted to become Minister of Social, simply because i felt really pity when i see a lot of homeless people. I mean for us, as human being, we want to reach personal achievement, something that we can hold onto, something great and something can used to boost self esteem perhaps. (FYI : It's on the 2nd top of Maslow hierarchy of needs) But as time goes by we become more realistic. We do a lot of compromise about everything in life to ourself. Here, i don't wanna talk about passion per se. I've read too many post about passion written by my friends and I definitely agree with most of them regarding same conditions with me. In short, I'm really envious with all of you wh...

Dirty Little Secret

Have you ever feel like you wanna across beyond the boundaries? Morale or religious way? Sometimes, i think about how it feels when you committed some crimes or sins? Gathering my scrap mind, I would like to recap some of my darkest thought i ever had (please forgive me,God *istighfar2). Getting drunk : It's horrible sin even worse than raping or murdering (because it is source of other horrible bad actions). Sometimes, I think how it feels when I'm getting drunk. I mean that you will lost your consciousness right. So what most embarrassing-thing  you can do? And what vodka/ martini tastes does like? I get my body trembling when i think of it. Can it be any worse than you lose control to your mind yet your body because of getting drunk? Murdering. Can i commit perfect crime without any witness and proofs? What possible trick to lose track of any evidences? Yes, i blame my conan or mystery-novels i ever read by thinking those stupid thing. But, no worries. I...

Smartphone or Smart People?

Sekarang kamu pegang smartphone apa? Blackberry? iPhone? Android phone? Sejauh pengamatan saya, hampir semua temen2 seangkatan pasti dah pegang smartphone masing2. Selain karena kami dah mampu beli (pake uang sendiri,Alhamdulillaaaaah..), juga karena ngebantu banget buat urusan komunikasi. "eh katanya si anu mau nikah sama si itu ya?" "hah masaaa??" "iya,barusan status bbm (ato chatgrup BBM ato tweet ato grupchat YM ato invitation event FB dsb)-nya gitu" Puncak heboh2nya punya smartphone itu ya pas uang rapelan turun. Lucu deh kalo nginget2. Kelompok magang saya mendadak jadi sering main ke Roxy pulang kantor. Voilaaaa. Besoknya tuiter clientnya dah pada ganti aja gitu.. Hahahaha.. Malahan di kelompok magang saya dulu yang berjumlah 17 orang sempet ada persaingan antar gadget : Blackberry vs Android. Konyol dan gak penting emang. Tapi seru. Saya gak beli langsung pas uang rapel turun. Selain karena belum butuh, juga karena mainstream banget ya lan...

Karena Keniscayaan itu Absolut

Akhir2 ini saya malas sekali buka blogger. Males tingkat akut bahkan buat liat blog sendiri. Biasanya saya aware dengan isu2 apa yang berkembang di luar sana. Tapi kali ini pun malas. Perbandingannya kayak gini: Dulu2 Ada isu (e.g. gayus, stan bubar, bbm naik etc) >> kaget >> buka link terkait (kalo taunya dari socmed) >> baca sebanyak mungkin source >> bikin opini sendiri >> update twitter syukur2 tulis di blog >> diskusi sama yang nanggepin. Niat banget ya?? Iya, tapi saya enjoy kok berepot2 kek gitu Akhir2 ini Ada isu >> "ooh, apalagi ini??" >> lanjut scroll2 timeline >> selesai update tweet? aah, gak punya landasan valid. Cari source? Ahh, males. Media gak ada yang bener (yepp, boleh dong ya saya mengGENERALISASI media juga) nulis postingan?? Wassalam. Sampai saya agak "ditoyor" sama  Deady buat ngebalesin komen2 di blog. Ya Tuhaaan, ngebuka  http://mycatalanz.blogspot.com aja males ya gimana ...

Insecure

Tau gak sih apa yang jadi ketakutan saya akhir2 ini? Menjadi tua Menua kan sudah jelas ya jadi kodrat setiap orang. Namun tiba2 saya kepikiran gini, bagaimana ketika saya tua nanti (kalo umur saya nyampe tua) fisik saya lemah, banyak merepotkan orang lain, gak bisa makan ini itu, gak bisa pergi kemana2, mau baca susah,  dan segala macam keterbatasan lain ketika kita menginjak usia lanjut. Demotivasi Menurut pengamatan saya, bertambahnya umur berbanding lurus dengan meningkatnya kemalasan seseorang mempelajari hal baru. Sedikit banyak, lingkungan membuat saya berpikir hal2 ini. Bagaimana jika nanti saya kehilangan minat untuk melanjutkan sekolah, bagaimana jika nanti saya skeptis terhadap perkembangan dunia luar (akumulasi dr berita negatif lama kelamaan berimbas negatif juga ke saya), bagaimana jika nanti saya malas mengikuti perkembangan teknologi (makin lama makin gaptek) dan yang paling buruk adalah bagaimana jika saya sudah malas mengikuti rasa ingin tahu saya dan malas m...

What Do You Think?

Feminism is a collection of  movements  aimed at defining, establishing, and defending  equal  political, economic, and social rights for women. -- wikipedia Kalo dilihat dari pengertian di atas, paham feminisme berkembang karena dulunya kedudukan kaum perempuan sangat tidak dihormati. Renaissance di Prancis tidak hanya membuka paham baru mengenai filsafat dan paham pemerintahan demokratis namun juga membuka pandangan baru mengenai social rights bagi kaum perempuan. Kemudian,di Indonesia dikenal dengan munculnya pergerakan wanita dimulai dari Era Kartini disusul dengan Dewi Sartika. Thanks to them, saya bisa bebas bersekolah setinggi yang saya mampu. Saya masih ingat, ada seorang teman yang menganggap saya termasuk sebagai feminist. Melongo dan kaget. Kok bisa?? Mikir lagi, emang saya udah ngelakuin apa aja?? --thinkhard Sejujurnya saya agak miris loh, ketika banyak perempuan cerdas yang lupa kewajiban mereka sesungguhnya. Mereka yang memandang enteng profe...

Note #2

Be wise,verify before you justify -- @pandji i think that the most explainable quote for today. don't even think to mess up with me, you will regret the old says, forgive doesn't mean forget quite right, i guess :) ps : kalo mau ngoffense mikir dulu dong! (terjemahan-versi-gue quote di atas)

Impulsif!

Mungkin impulsif sudah jadi nama tengah saya. Dulu saya mesti mikir mateng2 dulu kalo mau ngapain ato kemana. Bahkan di setiap tes kepribadian online saya tergolong orang yang terencana. (hari genee masih ikutan tes kepribadian? --uhuuuk) . Eh tapi ada loh tes kepribadian yang emang oke. Contohnya ini nih.. klik di sini Hahahaa Mungkin sedemikian hebatnya ya lingkungan dan kebiasaan turut mempengaruhi pola hidup dan mindset saya. SEjauh ini,yng saya perhatikan,memang belum mengacu ke keputusan2 yang signifikan sih. Baru pada hal2 kecil sehari2 aja. Padahal dulu cuma sekedar makan apa dan dimana aja dipikirin.. hahahaa Misal : Saya udah capek2 masak segala macem tau2 diajakin makan di luar. Nolak? Itu temen2 saya bisa mutung2 gak jelas. (saya tipe yang susah ngomong "tidak"). Jadi kalo mau masak saya nanyain dulu ke temen2-saya-yang-berpotensi-ngajak pada mau main keluar apa gak. Endingnya malah temen2 saya itu nagihin masakan saya. *sigh Nah bisa disimpulin kan kal...

Note #1

Percayalah, bukan saya yang meminta posisi pun keadaan saya yang seperti ini. yang saya mau juga bukan seperti ini jika saya begini, memang karena saya begini bukan saya berpura2 menjadi begini saya tidak akan pernah berusaha menjadi berbeda karena saya adalah adanya saya menjadi berbeda hanya karena orang lain itu menyedihkan tapi menjadi lebih baik? itu saya sedang berusaha, percayalah menulis ini pun hanya mengandalkan hati dan kosa kata yang saya punya tidak ada diksi apa yang saya tulis memang apa yang saya rasa kamu tahu apa? buat kamu, saya cuma ingin menitip kata jika keadaan tidak seperti yg terharap, sebuah penerimaan bukankah jawaban dari pendewasaan? ps : bukan love matters ato work stuff. Sekadar klarifikasi aja.

WARNING

Don't even try playing fire with me or i would like to throw bomb to your hand.

Analogi

Bukan bermaksud bragging about kerjaan ya.. Cuma tiba2 kepikiran, Semua aplikasi pasti kan ada manualnya, mulai dari proses instalasi sampe troubleshooting standar yang mungkin muncul. Ada penjelasan mengenai menu2 yang ada, konfigurasi aplikasi dan special requirements seperti tipe komputer apa yang kompatibel terhadap aplikasi tertentu. Larangan juga ada, misal aplikasi ini gak boleh digabung dengan aplikasi tertentu. Bisa crash. Tapi, Masalah baru muncul ketika ada sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan penjelasan di manual. Gimana nyeleseinnya?? Di panduan kan gak ada. Lagian juga, pas aplikasi di pc lg berantakan masa kita masih bolak balik buku panduan..Nah,dari situ butuh dua sisi otak. Otak kanan dan otak kiri. Kreatif mesti jalan, teknis juga tetep nyambung. Dan sedikit nekat2an improvisasi sana sini. Hasilnya, Tambah ancur ato bisa aja sukses. Tinggal dipikir konsekuensi paling minimal, habis itu baru deh, hajaaaaar... Jika memang bener2 mentok ya berarti emang ...

Judulnya Apa Ya Enaknya?

Seorang kawan mengirim pesan via Message Facebook.. "How's your life, ki?" Saya jawab, "wonderful!" Lalu kami mengobrol apa saja.. Kegiatan pas weekend, tempat2 bagus di Bukittinggi dsb Sebenernya saya juga heran kenapa saya seneng2 aja.. Hidup saya sekarang datar2 aja. Sangat datar. Jauh beda ketika kuliah dulu. Saya heran kok bisa pas ngampus ada aja yg dipikirin, pergi ke sana kemari, ikut kegiatan ini itu, kuliah entah gimana kabarnya, disewotin senior, dimarahin pejabat, bolak balik sekre, dan MAIN kesana kemari.. hahahaa... Iya, akademis saya emang selalu mengalami penyusutan. Tapi saya bener2 menikmati jaman2 di kampus beserta ribet2nya. Saya inget, dulu ada temen saya pernah bilang kalo dia sudah tidak sabar untuk kerja.. Lah,apa yang ditungguin si? Kerja kan monoton, oke, di samping dapet gaji sendiri sih... Ketika tingkat tiga,kegiatan di luar perkuliahan sedikit. Tapi tetep,bukannya serius kuliah saya malah memperbanyak main.. *istighfar* Sa...

Growing Old is Scary!

Malem minggu saya menonton Pixar Shorts Film. Ada satu scene yang menggambarkan kakek2 sedang bermain catur. Saya ketawa2 aja, soalnya memang short filmnya dikemas lucu dan menghibur. Adegannya bercerita si kakek sedang bermain catur sendiri dan enjoy banget. Tiba2 saya mikir, " saya takut jadi tua." Jadi tua berarti kita harus menghadapi segala kerepotan usia senja karena keterbatasan fisik. Pikun, susah jalan, badan kaku dan semacemnya.. Menjadi tua itu jelas ketika kita diberi umur panjang. Arrgghh, saya benar2 lagi kena sindrom takut-tua. Benar kata Gie," Beruntunglah mereka yang mati muda," >> lupa persisnya, intinya sih gitu Kalo menurut saya," Beruntung mereka yang memaksimalkan waktu mudanya dan nanti bisa menikmati waktu tuanya."