Life happens.
Saya yang dulu mungkin tidak seperti saya yang sekarang, saya ngerasa itu.
Kemarin, setelah sekian lama saya buka kembali halaman wajah saya di site (orang2 lebih sering nyebutnya sih facebook).
Selain karena tuntutan pekerjaan (tsaaah),dimana2 ada beberapa hal yang cuma terposting di forum angkatan dan bukan di website resmi instansi, ya mau gak mau saya buka kembali akun saya.
ternyata as time flies,saya sudah berteman-tanpa-sadar dengan beberapa orang, salah satuny adalah teman SMP saya yang notabene termasuk lost contact, padahal waktu SMP kami lumayan dekat (istilahnya Frenemies, teman sekaligus rival). terdengar childish sih emang.. basa basi menyapa dan kami mulai bercerita. Sudah bukan bercerita bagaimana ulangan2 atau nilai berapa tapi sudah bercerita tentang hidup kami belakangan ini.
Saya bercerita singkat tentang status calon PNS saya,pengangkatan,kelulusan, kuliah dsb. Tidak seperti temen2 yang lain, dia gak terlalu kaget ketika tau penempatan saya di luar jawa. Agak heran juga ya saya.
Dan gantian dia yang bercerita tentang dirinya, kuliahnya sampe pada akhirnya dia bilang, akhir bulan ini mungkin dia harus bersiap2 buat berangkat ke Balikpapan untuk pemanggilan kerja.
Wow!! Saya amazed dan bertanya dapet kerja apa di Balikpapan?
Keterima di Schlumberger ki... Whooooot!!!!! *langsung mangap depan monitor kantor*
Buat yang pengen tau tentang Schlumberger bisa klik di sini . Itu perusahaan pertambangan multinasional.
Dia cerita tentang bagaimana hebatnya pressure yang mesti dia terima nanti dan harapannya bekerja di beberapa negara nantinya.
Saya merasa iri sekaligus bangga dan kagum.
Iri karena ternyata saya masih punya jiwa kompetisi dengannya walaupun tidak seserius dulu. Iri juga karena tampaknya dia berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Jalan untuk mengembangkan diri serasa terbentang lebaaaar untuknya. Saya sadar iri seperti ini bisa berdampak positif dan juga negatif. Positif jika pada akhirnnya saya pun terdorong untuk memacu diri saya mengembangkan self-competence saya agak tidak terlalu tertinggal dengannya. Negatif, jika iri ini malah membuat saya menjadi jauh dari rasa syukur. Jadi iri yang mana??
Saya selalu kagum dengannya dari dulu. Dari jaman SMP. Kami beda kelas, kami selalu juara kelas (bukan nyombong), dan kami bergantian menjadi juara umum. Passion kami sama. Bersaing. PAssion itu yang kemudian hilang dan berubah ketika saya kuliah. Passion bersaing secara akademis.Dan mungkin passion dia tetap sama ketika kuliah. Saya ingat dulu ketika hasil ulangan SMP dibagikan, saya selalu bertanya ke kelas sebelah berapa nilai tertinggi di sana. hhahahaha.. Sounds nerd eh?
Passion itulah yang mungkin membawanya ke titik ini. Schlumberger.
Saya tahu sih, definisi SUKSES itu bukan di mana tapi bagaimana kita bekerja. Menikmati dan berusaha yang terbaik terhadap apa yang kita lakukan. Menurut saya itu.
Ada beberapa percakapan yang saya ingat betul. Dia kagum dengan pilihan saya menjadi seorang PNS. Menurutnya, dia tidak akan tahan dengan segala macam birokrasi yang ada di dunia saya yang sekarang. Sorry-to-say dia melabeli ada yang salah dengan perPNSan di Indo. Busuk.
Saya gak marah, saya ketawa. Menjadi PNS berarti kita harus mengabdi, terlebih lagi karena penempatan saya yang di daerah selain tugas, juga ada fungsi edukasi di sana. Karena selalu ada kesenjangan antara daerah dengan ibukota. Untungnya, instansi saya ada reformasi birokrasi yang berarti kinerja juga dipertimbangkan betul2 walaupun tidak se-tight di swasta.
Saya bilang, saya kagum dengan keberaniannya mencoba competitiveness di MNC. Dia dengan simple menjawab, " itu tuntutan ketika kita memilih bekerja di sektor swasta. apalagi swasta multinasional."
Pada titik ini saya sadar, entah sejak kapan, kami sudah berpisah jalan. Mindset saya, dunia saya adalah Government sedangkan dunianya adalah swasta, perusahaan-thingy, yah semacem itulah.
Mindset itu yang kemudian menjadikan target kami berbeda. Pencapaian2 apa yang kami ingin dapatkan pun berbeda.
Yang berarti kami pun tidak bisa bersaing apple-to-apple dengannya karena variablenya pun berbeda.
Bagaimanapun juga, saya selalu ter-amazed dengan pencapaian2 yang sudah didapat temen2 saya. Apa saja yang sudah mereka alami,semacam itu. Hal itulah yang memotivasi saya untuk tetap berbuat yang terbaik. Mendapatkan sesuatu yang patut kita syukuri kelak dan tidak menyesali apa yang saya pilih di kemudian hari. Jalan saya memang sayalah yang menentukan. Bukan karena persaingan bukan karena paksaan.
Karena sayalah yang memilih untuk di situ.
oh ya, di akhir ceting dia berkata," Jadi PNS yang jujur ya ki." :')
Saya yang dulu mungkin tidak seperti saya yang sekarang, saya ngerasa itu.
Kemarin, setelah sekian lama saya buka kembali halaman wajah saya di site (orang2 lebih sering nyebutnya sih facebook).
Selain karena tuntutan pekerjaan (tsaaah),dimana2 ada beberapa hal yang cuma terposting di forum angkatan dan bukan di website resmi instansi, ya mau gak mau saya buka kembali akun saya.
ternyata as time flies,saya sudah berteman-tanpa-sadar dengan beberapa orang, salah satuny adalah teman SMP saya yang notabene termasuk lost contact, padahal waktu SMP kami lumayan dekat (istilahnya Frenemies, teman sekaligus rival). terdengar childish sih emang.. basa basi menyapa dan kami mulai bercerita. Sudah bukan bercerita bagaimana ulangan2 atau nilai berapa tapi sudah bercerita tentang hidup kami belakangan ini.
Saya bercerita singkat tentang status calon PNS saya,pengangkatan,kelulusan, kuliah dsb. Tidak seperti temen2 yang lain, dia gak terlalu kaget ketika tau penempatan saya di luar jawa. Agak heran juga ya saya.
Dan gantian dia yang bercerita tentang dirinya, kuliahnya sampe pada akhirnya dia bilang, akhir bulan ini mungkin dia harus bersiap2 buat berangkat ke Balikpapan untuk pemanggilan kerja.
Wow!! Saya amazed dan bertanya dapet kerja apa di Balikpapan?
Keterima di Schlumberger ki... Whooooot!!!!! *langsung mangap depan monitor kantor*
Buat yang pengen tau tentang Schlumberger bisa klik di sini . Itu perusahaan pertambangan multinasional.
Dia cerita tentang bagaimana hebatnya pressure yang mesti dia terima nanti dan harapannya bekerja di beberapa negara nantinya.
Saya merasa iri sekaligus bangga dan kagum.
Iri karena ternyata saya masih punya jiwa kompetisi dengannya walaupun tidak seserius dulu. Iri juga karena tampaknya dia berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Jalan untuk mengembangkan diri serasa terbentang lebaaaar untuknya. Saya sadar iri seperti ini bisa berdampak positif dan juga negatif. Positif jika pada akhirnnya saya pun terdorong untuk memacu diri saya mengembangkan self-competence saya agak tidak terlalu tertinggal dengannya. Negatif, jika iri ini malah membuat saya menjadi jauh dari rasa syukur. Jadi iri yang mana??
Saya selalu kagum dengannya dari dulu. Dari jaman SMP. Kami beda kelas, kami selalu juara kelas (bukan nyombong), dan kami bergantian menjadi juara umum. Passion kami sama. Bersaing. PAssion itu yang kemudian hilang dan berubah ketika saya kuliah. Passion bersaing secara akademis.Dan mungkin passion dia tetap sama ketika kuliah. Saya ingat dulu ketika hasil ulangan SMP dibagikan, saya selalu bertanya ke kelas sebelah berapa nilai tertinggi di sana. hhahahaha.. Sounds nerd eh?
Passion itulah yang mungkin membawanya ke titik ini. Schlumberger.
Saya tahu sih, definisi SUKSES itu bukan di mana tapi bagaimana kita bekerja. Menikmati dan berusaha yang terbaik terhadap apa yang kita lakukan. Menurut saya itu.
Ada beberapa percakapan yang saya ingat betul. Dia kagum dengan pilihan saya menjadi seorang PNS. Menurutnya, dia tidak akan tahan dengan segala macam birokrasi yang ada di dunia saya yang sekarang. Sorry-to-say dia melabeli ada yang salah dengan perPNSan di Indo. Busuk.
Saya gak marah, saya ketawa. Menjadi PNS berarti kita harus mengabdi, terlebih lagi karena penempatan saya yang di daerah selain tugas, juga ada fungsi edukasi di sana. Karena selalu ada kesenjangan antara daerah dengan ibukota. Untungnya, instansi saya ada reformasi birokrasi yang berarti kinerja juga dipertimbangkan betul2 walaupun tidak se-tight di swasta.
Saya bilang, saya kagum dengan keberaniannya mencoba competitiveness di MNC. Dia dengan simple menjawab, " itu tuntutan ketika kita memilih bekerja di sektor swasta. apalagi swasta multinasional."
Pada titik ini saya sadar, entah sejak kapan, kami sudah berpisah jalan. Mindset saya, dunia saya adalah Government sedangkan dunianya adalah swasta, perusahaan-thingy, yah semacem itulah.
Mindset itu yang kemudian menjadikan target kami berbeda. Pencapaian2 apa yang kami ingin dapatkan pun berbeda.
Yang berarti kami pun tidak bisa bersaing apple-to-apple dengannya karena variablenya pun berbeda.
Bagaimanapun juga, saya selalu ter-amazed dengan pencapaian2 yang sudah didapat temen2 saya. Apa saja yang sudah mereka alami,semacam itu. Hal itulah yang memotivasi saya untuk tetap berbuat yang terbaik. Mendapatkan sesuatu yang patut kita syukuri kelak dan tidak menyesali apa yang saya pilih di kemudian hari. Jalan saya memang sayalah yang menentukan. Bukan karena persaingan bukan karena paksaan.
Karena sayalah yang memilih untuk di situ.
oh ya, di akhir ceting dia berkata," Jadi PNS yang jujur ya ki." :')
...duh jadi makin cinta ama Perbendaharaan
BalasHapus..
..
..
..
..
..
..
..
..
*huek*
hah?? gak nyangka impactnya jd gitu. mhahahaa
BalasHapussukses itu hati, my brey..
BalasHapustinggal gmana kita bertanggungjawab dan menikmati.
semoga tulisan ini engga jadi pembelaan kamu buat menghibur diri sendiri. :)
nyante ajaa.. saya menulis dengan jujur..
BalasHapus